Bacaan I          : 2Raj. 5:1-15a

Bacaan Injil     : Luk. 4:24-30

 

Kasih Allah selalu melimpah bagi setiap orang tanpa terkecuali. Tidak peduli dari mana kamu berasal, apapun latar belakang dan situasi hidupmu, keyakinanmu, kerapuhan dan dosa-dosamu, namun yang pasti bahwa  setiap orang dikasihi Allah dengan kasih yang sama.

Naaman dalam bacaan pertama hari ini pun bergumul dengan kesulitan yang sama. Ia menjadi kecewa ketika menerima perlakuan yang tidak sesuai dengan apa yang dikehendakinya. Tetapi syukur kepada Allah, dengan bantuan orang-orang terdekatnya ia kemudian mengambil waktu untuk melakukan refleksi yang mendalam dan kembali pada jalan yang benar. Ia akhirnya memilih untuk taat dan setia kepada Allah, yang berkarya melalui hamba-Nya Elisa, sehingga beroleh kesembuhan dari kustanya. Ketaatan Naaman berbuah penyelamatan. Penginjil Lukas juga menarasikan penolakan terhadap Yesus oleh orang-orang dari daerah asalnya sendiri. Orang-orang sekampung-Nya menolak Yesus dan memperlakukan Dia dengan tidak sepantasnya. Mereka menolak ketika mendengar apa yang diwartakan-Nya. Pikiran dan hati mereka tertutup rapat-rapat, mereka menunjukan kebencian, kecemburuan, malah mereka bersekongkol untuk membunuhnya.

Seringkali dalam hidup, kita memiliki banyak gagasan dan ide-ide yang merujuk pada sesuatu yang akan terjadi, kemudian seolah mendikte Tuhan agar mengabulkan segala keinginan seturut gagasan, konsep dan pertimbangan insani kita. Seperti Yesus dan Naaman dalam bacaan hari ini, kita diajak untuk terus-menerus melakukan refleksi mendalam akan segala pengalaman hidup yang telah kita lalui. Ambilah waktu sejenak untuk duduk diam penuh kesadaran dihadirat Allah, untuk mendengarkan Dia. Dalam proses formasi ini, kita seringkali diizinkan Tuhan untuk mengalami badai pergumulan yang hebat. Terkadang Ia menyatakan kehendak-Nya dengan begitu jelas dan tajam seperti pedang bahkan menegur kita dengan amat keras. Kalau kita gagal untuk taat dan setia, kita dapat jatuh dalam kemarahan dan penolakan yang sama sebagaimana yang dilakukan orang-orang Yahudi terhadap Yesus Penyelamat kita.

Hendaknya sabda Tuhan hari ini dapat bergema dalam hati kita masing-masing agar kita pun belajar untuk taat dan setia. Kita serahkan seluruh hidup kita kepada Tuhan tanpa syarat dan dengan keyakinan yang tanpa batas. Oleh karena itu di masa prapaskah ini, dengan hati yang remuk redam penuh pertobatan, kita kembali pada jalan yang benar agar dalam langkah hidup kita, kita diterangi cahaya iman dan boleh mengalami kasih dan kemurahan Tuhan.(Ardy Kumanireng)

 

Post SebelumnyaRenungan 24 Februari 2020
Post SelanjutnyaRenungan Selasa, 17 Maret 2020