Rekoleksi bersama RD. Regan Seminari Tinggi Ritapiret

Sabtu, 24/2/2024

RITAPIRET-Sabtu Komunitas Seminari Tinggi St. Petrus Ledalero mengadakan rekoleksi kitab suci bersama. Rekoleksi dipimpin oleh Rm. Regan. Rm. Regan memotret gejala-gejala individualitas yang mulai tampak dalam kehidupan komunitas dengan mengambil inspirasi dari Surat Kedua Rasul Paulus kepada Jemaat di Korintus. Menjadi Manusia Baru.

Korintus

Rm. Regan mulai dengan menggambarkan konteks kehidupan masyarakat Korintus pada masa itu. Korintus dikenal ramai karena memiliki dua pelabuhan besar, menjadi jalur penting yang menghubungkan Eropa dengan Asia. Korintus dipenuhi banyak orang dari banyak daerah. Terdapat banyak agama-agama dan kelompok-kelompok penganutnya berada di Korintus.

Orang-orang Korintus dikenal dengan sikap keterbukaan. Mereka permisif dengan budaya dari luar. Masing-masing mereka mengadopsi budaya sesuka hati mereka. Selain itu, mereka terbiasa dengan praktik prostitusi. Prostitusi bagi mereka adalah hal biasa. Hal ini tampak nyata dilihat dari banyaknya tempat-tempat pelacuran suci, kultus terhadap Dewi Aphrodite. Mereka juga dikenal sangat keras kepala. Di tengah situasi seperti inilah Paulus memberitakan Kabar Gembira tentang Kristus.

Ritapiret

Rm. Regan memperbandingkan konteks itu dengan konteks kehidupan komunitas hari ini. Ia mengutarakan menangkap tiga gejala yang dominan muncul dalam kehidupan komunitas. Pertama, banyak fraters yang larut dalam tren budaya populer; kedua, kecenderungan egoistik, berpikir sempit, dan kecanduan nyata dalam kehidupan sehari-hari; ketiga, sikap tidak peduli dengan sesama anggota komunitas.

Rm. Regan mengungkapkan berkembangnya budaya demikian sebagai krisis dalam kehidupan komunitas yang sejatinya harus hidup dalam kasih persaudaraan. Namun, sayang budaya demikian tumbuh subur dalam kehidupan komunitas hari ini. Rm. Regan menawarkan pertobatan.

Pertobatan: Menjadi Manusia Baru

Prapaskah adalah masa retret agung yang berharga. Saat yang tepat untuk bertobat dan memperbaiki hidup. Pertobatan tak bisa spontan muncul begitu saja. Untuk bertobat pertama-tama harus sadar akan krisis yang dihadapi. Setelah, sadar akan krisis dan mengakui kelemahan. Langkah kedua menjadi sangat penting, keterbukaan diri kepada Roh Ilahi. Kesadaran akan krisis mesti memampukan untuk mendengar suara Roh Ilahi. Tuntunan Roh Ilahi dalam proses pertobatan akan menuntun setiap orang kepada perubahan seutuhnya. Pertobatan yang total bagi setiap orang. Sebuah Metanoia.

Post SebelumnyaKerja Aksi Puasa Keempat
Post SelanjutnyaKerja Aksi Puasa ketiga Seminari Tinggi Ritapiret